SALAH satu keunikan yang dimiliki oleh sekolah Sukma Bangsa Pidie dibandingkan dengan sekolah lainnya, khususnya yang ada di Aceh dan di Pidie, ialah adanya program community service. Community service merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok dalam bentuk pemberian jasa, pelayanan, dan atau pekerjaan untuk kepentingan masyarakat atau sebuah lembaga. Sederhananya, Community service dapat dimaknai sebagai kegiatan pengabdian atau pelayanan kepada masyarakat.
Community service –selanjutnya akan disingkat dengan kata CS-- dilakukan secara sukarela tanpa mengharap ada imbalan (reward) apapun dari masyarakat yang juga lazimnya dilakukan dalam durasi waktu yang singkat. Jika dilihat secara detail, CS berbeda dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dijalani oleh mahasiswa tingkat akhir di suatu perguruan tinggi --yang juga menjadi salah satu syarat kelulusannya di perguruan tinggi tersebut. Namun antarkeduanya memiliki persamaan, yakni sama-sama berupa kegiatan sosial dan memberi pelayanan kepada masyarakat.
Belajar melayani
Bahwa mahasiswa yang dilabelkan dengan slogan agent of change harus diberikan tantangan sekaligus menjadi pembelajaran baginya untuk siap terjun menjadi bagian dari masyarakat, yakni melakukan pengabdian. Segala jenis keilmuan yang ia dapatkan di perguruan tinggi akan dapat diaplikasikan oleh seorang mahasiswa ketika ia berada dalam sebuah masyarakat –lokasi pengabdiannya. Begitu juga dengan siswa, sejatinya ia juga merupakan agent of change, maka oleh karena demikian layak dan pantas bila pada siswa juga diberikan tantangan yang serupa, yaitu kegiatan pengabdian.
Dalam kegiatan pengabdian ini, dengan serangkaian aktivitas yang muaranya pada melayani masyarakat, baik itu dengan cara mengajar anak-anak membaca, menjadi relawan, dan lain sebagainya, siswa dapat belajar dan sekaligus menjadi media pengasah mental mereka untuk siap menjadi insan yang nantinya, di masa akan datang, menjalani profesi tersebut.
Realitas ini jarang disadari oleh pemangku kepentingan yang berkonsentrasi di bidang pendidikan, lazimnya mereka menganggap bahwa terlalu dini jika para siswa diberikan tantangan berupa kegiatan pengabdian. Padahal, baik siswa maupun mahasiswa, kegiatan pengabdian merupakan sebuah kemestian untuk mereka lakukan. Apalagi mengingat fakta bahwa semua kita adalah bagian dari masyarakat. Lahir, besar atau berkembang hingga menua dalam masyarakat. Sejauh manapun kita pergi, tetap kembalinya ke masyarakat. Dengan demikian, pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu cara menghormati jasa-jasa masyarakat itu sendiri.
CS sangat selaras dengan ide pembelajaran yang juga menjadi tantangan untuk dijalankan di abad 21 ini. Yakni pembelajaran yang menuntun para siswa pada terciptanya sikap-sikap yang menjadi etos kerja kerja pribadi seorang Muslim, yang ciri-cirinya antara lain: (1)memiliki jiwa kepemimpinan (leadership), (2)senantiasa mengintrospeksi diri; (3)menghargai waktu; (4)tidak pernah merasa puas dalam berbuat kebaikan; (5)mengembangkan hidup hemat dan efisien; (6)memiliki jiwa kewirausahaan (entrepreneurship); (7)memiliki jiwa bersaing secara sehat; (8)keinginan untuk mandiri; (9) haus pada ilmu pengetahuan dan pengalaman; (10)berwawasan makro (universal); (11)memperhatikan kesehatan dan gizi; (12)ulet, pantang menyerah); (13)berorientasi pada produktivitas; dan (14)memperkaya jaringan silaturahmi. (Lihat Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995, cet. II, hal. 29-62)
Nah, di sekolah Sukma Bangsa Pidie, program CS menjadi program unggulan namun hanya diperuntukkan bagi siswa yang berada di level Sekolah Menengah Atas (SMA). Tingkat partisipasinya seorang siswa dalam kegiatan CS juga menjadi salah satu acuan para guru menilai layak atau tidak seorang siswa tersebut lulus. Singkatnya, CS menjadi salah satu syarat yang mesti mereka penuhi untuk dianggap “layak lulus” dari sekolah.
Yang menariknya lagi, meskipun mereka masih berada di level SMA, para guru tidak akan terlalu ikut campur atau mengintervensi setiap bentuk kegiatan CS yang akan dilakukan oleh siswa. Mereka merancang sendiri setiap program untuk kegiatan CS-nya, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pelaporan kepada guru (instansi sekolah). Disamping itu, siswa juga menentukan sendiri di daerah mana dan di instansi mana mereka akan menunaikan tugas pengabdiannya.
Strategi semacam ini, diakui atau tidak, berkontribusi pada terciptanya sikap atau etos pada mereka (siswa) sebagaimana tersebut di atas. Disamping itu, kita guru dapat melihat sejauh mana tingkat kreativitas seorang anak sehingga memudahkan pula dalam membimbing dan seterusnya mengarahkan mereka menentukan pilihan untuk digeluti sebagai “masa depannya”.
Baru-baru ini, siswa Sukma Bangsa Pidie baru saja menuntaskan program CS dengan lancar disebuah gampong yang juga disebut masuk dalam wilayah kota santri-nya Aceh, yaitu gampong Ulee Gle, kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya. Di gampong ini siswa Sukma melakukan kegiatan CS selama 7 hari, yang dimulai dari tanggal 11 januari 2020 dan berakhir pada tanggal 18 Januari 2020, dan berpusat pada sebuah lembaga agama non formal, yakni Baleu Beut Rumoh Nek Yah.
Menarik juga bila kita membaca kisah Nek Yah –panggilan populer semasa hidup beliau, beliau yang diusia tuanya memiliki banyak waktu luang memilih mendedikasikannya untuk sebuah pekerjaan yang mulia, yakni seumeubeut. Bahkan beliau mendirikan satu balai khusus untuk menampung anak para tetangganya untuk diajarkan tata cara membaca huruf hijaiyah hingga membaca al-quran dengan lancar.
Bentuk pengabdian (baca; seumeubeut) ini beliau lakukan dengan istiqamah hingga ajal menjemputnya. Dan, kini rumahnya sudah dijadikan sebagai basecamp bagi anak-anak di gampong Ulee Glee, khususnya yang berlokasi di lingkup menasah Baroh – tempat tinggah Nek Yah, untuk belajar membaca dan belajar ilmu agama.
Di gampong Ulee Gle (tepatnya di Balai Nekyah) siswa benar-benar belajar bagaimana mereka beradaptasi dengan lingkungan masyarakat dan menerapkan segala bentuk ilmu yang ia dapatkan selama di bangku sekolah.
Manfaat Langsung Community Service
Saya yang dipercaya oleh pihak sekolah sebagai koordinator kegiatan CS, tertarik melakukan serangkaian wawancara kecil-kecilan dengan mereka --siswa yang ikut kegiatan CS. Rerata mereka menjawab, bahwa CS berhasil memberikan pengalaman baru dan kesan mendalam bagi mereka. Lokasi CS yang merupakan lingkungan baru bagi mereka, berhasil mengajarkan mereka bagaimana cara hidup yang harus selalu mengedepankan sikap toleransi dan sikap empati dalam masyarakat yang latar belakangnya berbeda. Disamping itu, masih kata mereka, CS secara tidak langsung telah mengajarkan mereka bagaimana cara menghargai waktu, berhemat, dan pantang menyerah dalam menyelesaikan sebuah program kegiatan.
Dari beberapa jawaban para siswa tadi yang sudah menunaikan tugas CS, dapat kita pahami, CS secara tidak langsung sudah menumbuhkan sikap-sikap yang dibutuhkan oleh individu-individu manusia era modern ini. Tentu itu itu merupakan beberapa manfaat CS yang dirasakan oleh siswa yang bersangkutan, dibalik itu terdapat ragam manfaat lainnya yang tentunya berguna bagi mereka untuk mengarungi di masa yang akan datang.
Dengan demikian, untuk para pemangku kepentingan yang berkonsentrasi di bidang pendidikan, khususnya yang bermastautin di Aceh, sudah saatnya sekarang untuk memasukkan program yang berupa kegiatan pengabdian semacam ini untuk dilakukan oleh siswa-siswa yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Ini tujuannya agar, generasi baru Aceh menjadi individu-individu manusia yang selain memiliki karakter atau etos kerja pribadi seorang muslim juga menjasi individu manusia yang siap mengabdi, yakni membangun Aceh menuju masyarakat yang hidupnya berkeadaban dan sejahtera.
Pengalaman bangsa-bangsa lain di dunia, seperti Jepang, New Zealand, Turki, Iran dan sebagainya. Mereka terbukti dan tergolong sebagai bangsa yang memiliki karakter baik dan juga memiliki softskill yang baik. Tentu, karakter dan softskill ini dapat dilatih sejak dini, yakni melalui kegiatan pengabdian. Nyanban!
*Artikel ini sudah tayang di media Serambi Indonesia
EmoticonEmoticon