Dalam kehidupan sosial masyarakat, keluarga merupakan kelompok paling utama yang sangat berperan dalam hal pembentukan kualitas seorang individu manusia. Baik atau buruknya seorang individu manusia sangat bergantung pada baik atau buruk kelompok keluarganya. Dalam istilah yang lain, keluarga yang baik akan menghasilkan individu-individu yang baik. Sedangkan keluarga yang buruk akan melahirkan individu-individu yang buruk pula.
Nah, bagaimana mengukur sebuah keluarga yang baik itu? Menurut penulis untuk mengukur sebuah keluar yang baik itu dapat melihat fungsi-fungsi yang diemban oleh sebuah kelompok keluarga. Dengan melihat fungsi-fungsi yang dijalankan oleh keluarga tersebut mulai dari fungsi edukasi, fungsi sosialisasi, fungsi afeksi, fungsi proteksi dan beberapa fungsi lainnya. Maka bisa dipastikan bahwa keluarga yang baik adalah yang mampu menjalankan fungsi-fungsi tersebut secara maksimal. Sebaliknya keluarga yang buruk adalah keluarga yang tidak mampu menjalankan fungsi-fungsi keluarga secara maksimal.
Dalam tulisan ini kita akan melihat salah satu fungsi kelompok keluarga dalam kaitannya dengan istilah keluarga yang baik.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, bahwa salah satu fungsi keluarga adalah memberikan pendidikan atau edukasi bagi anaknya. Selama ini fungsi edukasi yang mestinya dijalankan oleh keluarga sudah beralih kemudinya pada lembaga pendidikan; sekolah-sekolah.
Sekolah memang menjadi pilar utama sebagai pengganti keluarga dalam memenuhi nutrisi pendidikan kepada seorang individu manusia. Namun sayangnya, sekolah tidak mampu berperan secara maksimal dalam memenuhi tuntutan tersebut.
Ironisnya lagi, pihak keluarga (orang tua) sudah merasa terbebas dari tanggung jawabnya dalam menjalankan fungsi edukasi hanya dengan memberikan pendidikan anaknya di sekolah. Sehingga ketika anaknya memiliki masalah dengan pendidikan, maka yang disalahkan adalah sekolah. Tentu ini sesuatu yang sangat keliru, ketika menyalahkan sekolah secara sepihak.
Disamping itu, dengan melihat perkembangan zaman yang semakin kompleks ini, dimana perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berkembang secara cepat, nilai-nilai global menusuk tajam dalam kehidupan masyarakat, dan menimbang anak sebagai individu manusia baru dalam masyarakat yang masih labil, maka disini peran keluarga sangat dibutuhkan. Tujuannya yaitu untuk mendukung sekolah dalam mewujudkan fungsi edukasi pada anak –meskipun sebenarnya fungsi edukasi tugasnya kelompok keluarga.
Kenapa demikian? Karena keluarga merupakan kelompok yang pertama sebagai tempat dimana anak mengenal dunia dan segala interaksinya. Dan, keluarga sangat paham betul mengenai “detail” anaknya, baik mengenai sifatnya, sikapnya hingga minat dan bakatnya.
Pun disisi yang lain, jika ditelisik dari perspektif sosiologis, perkembangan individu anak sangat besar dipengaruhi oleh keluarga. Keluarga merupakan agen yang paling utama dan pertama bagi seorang anak untuk bersosialisasi. Dan, secara ekstrem bisa dikatakan untuk menghasilkan anak yang baik membutuhkan keluarga yang baik –sebagaimana yang telah disinggung tadi diawal tulisan.
Kita tidak menampik, bahwa di sekolah seorang anak bisa “ditempa” untuk menjadi manusia yang benar-benar manusia; unggul secara intelektual dan mantap dari segi moral. Hanya saja dalam mewujudkannya, sekolah terkadang menemui kendala yang beragam macam.
Dan solusi untuk beragam kendala yang dijumpai oleh sekolah itu (dalam amatan penulis solusinya) ada pada keluarga. Ya, keluarga harus dilibatkan untuk sama-sama bergerak beriringan dengan sekolah dalam menjalan fungsi edukasi pada anak. Sehingga, dalam menghadapi era milineal yang penuh dengan kompleksitas ini, anak tetap mendapatkan pendidikan yang baik, dan sesuai dengan zamannya.
Keberhasilan seorang individu anak dengan bantuan keikutsertaan keluarga dalam mendidik –bukan duduk diam setelah menyekolahkan anaknya—terlihat dari prestasi salah seorang anak Indonesia yang bernama Azzam Habibullah, anak sulung dari dari pasangan Henry Ridho dan Laila Sari).
Azzam meskipun bukan merupakan lulusan dari sekolah luar negeri dan bukan juga merupakan siswa unggulan atau sekolah yang bertaraf internasional berhasil menjadi delegasi Indonesia untuk beberapa konferensi di luar negeri. Semua itu terwujud berkat kegigihan orang tuanya yang berani melibatkan diri dalam mendidik langsung di rumah, sehingga Azzam mampu menyaingi anak-anak luar negeri yang notabenenya lebih unggul dan berkualitas. (https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=4852)
Dengan demikian, dalam menghasilkan kualitas individu anak yang berkualitas secara intelektualnya, baik moralnya maka peran keluarga sangat dibutuhkan. Jangan hanya melimpahkannya pada sekolah. Karena yang mengetahui "detail" dan seluk beluk baik mengenai bakat, sikap dan anak hanyalah orang tua dalam keluarganya. Dan, penulis yakin setiap keluarga pasti memiliki cara tersendiri dalam memaksimal pendidikan bagi anaknya di era kekinian.
#sahabatkeluarga
EmoticonEmoticon