Guru dan Semangat

Guru dan Semangat

Program Guru Belajar Multi Seri | seri semangat guru kemampuan nonteknis  dalam adaptasi teknologi

BANYAK tokoh pemikir di dunia telah mencoba untuk mendefinisikan siapa itu manusia. Kita mulai saja tokoh yang hidup di era Yunani Kuno, Aristoteles, yang berpendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang mempunyai daya pikir. Lalu, ada Ernst Cassirer, seorang figur filosofis dari Jerman yang hidup di pertengahan abad ke-20, ia ikut memberikan pendapatnya tentang siapa manusia. Dalam pandangannya Ernst Cassirer, manusia merupakan hewan yang mampu berabstraksi dan menciptakan simbol. Berbekal kemampuan itulah  yang membuat  manusia berbeda dengan hewan; membuat manusia mampu berkomunikasi, membuat manusia mampu mengapresiasi nilai keindahan dan mampu mengembangkan  ilmu teknologi dan pengetahuan

Merawat Sejarah Tragedi Rumoh Geudong

RASA-RASANYA tidak ada orang yang darahnya tidak mendidih jika mengingat sejarah kelam masa konflik di Aceh. Yang dengan ragam tragedi mengenaskan terjadi di berbagai pelosok daerah di Aceh. Ada yang pada akhirnya diakui oleh Pemerintah sebagai sebuah pelanggaran HAM, ada juga yang dilupakan begitu saja. Seolah tindakan kekerasan masa konflik itu adalah hal normal.




Menyambut Kaukus Pemuda Pidie {Teras Emsyawall}

 Menyambut Kaukus Pemuda Pidie

 



Sudah puluhan tahun tidak melihat pemuda Pidie bersatu dalam sebuah kegiatan yang besar. Terlacak momentum terakhir padunya kesatuan pemuda adalah pada saat referendum Aceh, yang kala itu pemuda Pidie dengan semangat kesatuannya, menjadi yang terdepan bersama dengan pemuda dari beberapa kabupaten lain, guna menyuarakan aspirasi rakyat secara komunal berupa restu untuk menentukan self government untuk Aceh dari Pemerintah Pusat, laiknya restu yang diberikan pada masyarakat Timor Leste —dulu bernama Timor Timur.

Kini, sebuah kegiatan besar, bernuansa sosial-agama dilakukan oleh pemuda Pidie, dengan identitas yang dipanggul bernama Kaukus Pemuda Pidie.

Kaukus Pemuda Pidie merupakan sebuah forum persatuan pemuda yang masih sangat hijau di Pidie, yang lahirnya tepat pada pertengahan Oktober lalu,  di mana dalam Kaukus ini puluhan organisasi kepemudaan dan atau komunitas anak muda di Pidie bersepakat saling menyatukan diri. Hal ini juga didukung oleh hadirnya pemuka agama, tokoh masyarakat, akademisi dan intelektual muda Pidie.

Jika ditelisik, dengan menimbang proses bergabungnya puluhan organisasi kepemudaan di Kabupaten penghasil emping melinjo dalam Kaukus Pemuda Pidie ini, maka sedikit banyak kita dapat melihat akan kesamaan geraknya dengan proses lahirnya ikrar sumpah pemuda, pada oktober tahun 1928.

Kala itu sejumlah organisasi kepemudaan di Indonesia bersatu dalam kongres kepemudaan untuk menyuarakan kegelisahan akan pedihnya kehidupan penjajahan. Semua pemuda yang tergabung dalam perkumpulan yang dinamakan dengan kongres pemuda kala itu bersepakat untuk bersuara dengan visi yang sama, dengan muara pada penegasan perjuangan akan cita-cita; bertanah air Indonesia, berbangsa Indonesia, dan berbahasa Indonesia.

Hasil dari duduk-kumpulnya pemuda inilah, yang pada akhirnya melahirkan sebuah semangat dengan dibarengi kalimat sumpah yang sakral; ikrar sumpah pemuda. Dan berangkat semangat itu pula, kita merasakan buah-manisnya berupa persatuan dan kemerdekaan bagi Nusantara dari penjajahan.

Nah, sedikit banyak kita dapat melihat gerak kesamaan pada lahirnya Kaukus Pemuda Pidie. Pertama, organisasi plat merah ini lahir di bulan Oktober dan kemudian kehadirannya berangkat dari fakta pemuda Pidie hari ini yang sudah terpecah konsentrasi sebagai kesatuan pemuda.

Kita harus mengakui jika pemuda di Pidie hari ini sudah tercerai ke dalam beberapa bagian dengan egoismenya masing-masing. Seturut dengan itu, antagonisme pada pemuda Pidie, sudah berimbas pada menurunnya eksistensi pemuda dan terciptanya ruang kontravensi, yang bahkan memuai hingga munculnya embrio konflik di tatanan anak muda Pidie.

Kita harus mengakui jika pemuda di Pidie hari ini sudah tercerai ke dalam beberapa bagian dengan egoismenya masing-masing. Seturut dengan itu, antagonisme pada pemuda Pidie, sudah berimbas pada menurunnya eksistensi pemuda dan terciptanya ruang kontravensi, yang bahkan memuai hingga munculnya embrio konflik di tatanan anak muda Pidie.

Hal yang tak bisa dimungkiri, fakta Komunitas Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Pidie yang status keberlanjutan kepengurusannya masih dalam mode jalan di tempat, menjadi faktor pendorong pada terpecahnya pemuda Pidie sebagai sebuah kelompok yang utuh.

Dua tahun berjalan, tentu dengan berbagai dinamika, Pemuda di Pidie menunggu hasil dari kenduri politik di strata anak muda yang tak kunjung nampak hilalnya, dimana sebelumnya sempat tergagap-gagap di proses musyawarah daerah (Musda), dan kemudian berlanjut pula ke proses penetapan kepengurusannya yang turut mengalami hal sama; gelagapan.


Oasis Pemuda Pidie
Maka itu, dengan melihat hadirnya Kaukus Pemuda Pidie, menjadi semacam oasis bagi keruh keringnya eksistensi pemuda Pidie di mata masyarakat —juga di mata para pemuda kabupaten lain.

Berangkat dari itu pula, kita harus berani dan berbesar hati untuk berdiri dan mengangkat topi serta memberikan salam tabik kepada mentor atau aktor di balik latar lahirnya organisasi ini. Racikan ide dan gagasannya patut diacungi dua jempol!

Hari ini, Kaukus Pemuda Pidie sudah (dan tentu telah berhasil) menelurkan sebuah kegiatan berupa maulid akbar. Yang juga bersama dengan itu, kegiatan sosial lainnya berupa bakti sosial, santunan anak yatim, donor darah, diskusi kepemudaan dan doa bersama untuk ulama kharismatik Pidie, Abu Keune, juga dijadikan agenda pelaksanaan.

Tentu kita berharap, Kaukus Pemuda Pidie ini berumur panjang dan ajeg bersama dengan pemuda dan masyarakat Pidie secara umum. Selaras dengan itu, acara-acara yang tidak sebatas seremonial sosial-keagamaan, harus menjadi prioritas untuk dilaksanakan di masa akan datang.

Berbagai isu dan juga masalah sosial yang menyelimuti Pidie hari ini seperti kemiskinan, stunting, degradasi moral pada remaja, serta kualitas pendidikan yang masih rendah, harus menjadi pokok perhatian untuk dicarikan solusinya oleh dan di Kaukus Pemuda Pidie. 

Baca juga: Remaja dan Kecantikan Semu
Dengan demikian, Kaukus Pemuda Pidie, menjadi sebenar-benarnya Kaukus, yang dalam Kaukus itu, solusi terhadap problema sosial masyarakat, juga referensi kebijakan bagi pemerintah lahir mengemuka. Karena sesuai dengan akar katanya, Kaukus, berasal dari bahasa Algonquin —salah satu daerah bagian di Amerika Utara— dengan maknanya yaitu menasehati.

Tentu kita tidak berharap jika Kaukus Pemuda Pidie ini, hadirnya seperti purnama lima belas yang sinarnya makin kedepan makin hilang. Dan hadirnya hanya indah dipandang, tapi cahayanya tidak dapat menyinari untuk tumbuh dan kembangnya tanaman.

Pun, kita tidak mengharapkan juga, bila pemuda Pidie yang sudah berhasil meramupadan sebuah forum ini bersemangat laiknya ekor tikus, yang makin ke ujung, bobot dan ukurannya makin mengerucut. Nyan ban!

 ***

Sudah tayang di Komparatif.id