Dari Buku Penumpang Gelap; Mimpi Tidak Akan Indah Jika Hanya Sebatas Mimpi



Kisah nyata ini jangan sekali-kali ditiru, karena beresiko besar ~ (Kutipan Sampul Belakang)

MENARIK SEKALI membaca kisah pertualangan bang Ali yang beliau catat dengan rapi dalam bukunya berjudul; "Penumpang Gelap". Membacanya secara tak langsung juga membawa kita terbang menyelam kedalam kehidupan Nusantara di era tahun 90an. Atau lebih tepatnya, saat-saat Nusantara ini merdeka dari penjajahan.

Bang Ali, menceritakan secara detail dalam bukunya mengenai bagaimana cara beliau menaiki dengan sedemikian rapinya maskapai penerbangan terbaik di Indonesia kala itu, tanpa terendus sedikitpun oleh petugas. Hingga sampailah bang Ali ke Amsterdam (Belanda). Pintu masuk (baginya) menjelajah negara-negara Eropa lainnya.

Buku ini juga memuat tentang perjalanan bang Ali sewaktu remaja, yang memutuskan meninggalkan kampungnya untuk hidup mandiri di ibukota. Hanya berbekal tumpangan dari kerabat satu kampung, bang Ali menetap dan menempuh jalur pendidikan sembari bekerja untuk mengisi perutnya.

Beragam masalah juga datang silih berganti menghampiri bang Ali. Hingga beliau sempat menempati "rumah gerobak" selama lebih dari 3 bulan.


Namun demikian, siapa yang menyangka bang Ali memiliki mimpi untuk menjelajah Eropa.

Jujur, bentuk kenekatan bang Ali ini sedikit banyak menginspirasi kita --meskipun cara yang beliau lalui tak seutuhnya dapat kita lakukan di era kini semisal menjadi penumpang gelap.

Ada banyak hal yang bisa kita contoh dari bang Ali. Salah satunya adalah tentang sebuah tekad atau keinginan, yang selaras berjalan kenyataan, karena beliau menjalaninya dengan semangat yang luar biasa dan sepenuh hati.

Sebab itu, janganlah sungkan untuk memiliki mimpi, sebesar apapun itu. Dan, kalau sudah memiliki mimpi, susunlah rencana untuk menggapai mimpi itu. Jangan jadikan mimpi itu hanya bersemanyam di kepala. Karena mimpi tidak akan indah jika hanya sebatas mimpi. #nyanban




Share this

Related Posts

Previous
Next Post »