"Kemajuan Transportasi adalah Kemajuan Ekonomi dan Pariwisata"


PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) boleh saja berbangga bahwa selama kepemimpinan beliau pada periode pertama atau selama lima tahun terakhir (2014-2019) telah berhasil menambah kemajuan Indonesia. Kemajuan ini terlihat dari pembangunan infrastruktur dan pengembangan transportasi yang berteknologi terbaru. Tak ayal, oleh beberapa pihak menyakini faktor ini pula yang mengantarkan Jokowi meraih singgasana RI 1 untuk kedua kalinya.

Namun dibalik itu, yang mungkin jarang disadari orang, adalah banyaknya peran dan kinerja dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang membantu keberhasilan Jokowi dalam membangun Indonesia. Tak dinyana, Kemenhub telah mengejewantahkan semua gagasan besar yang diamanahkan oleh Jokowi dalam membangun infrastruktur, khususnya di bidang transportasi.

Kita dapat dengan mudah melihat dan membaca sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh Kemenhub dalam membangun trasnportasi yang unggul untuk Indonesia yang maju. Bahkan Kemenhub juga acapkali “mengudarakan” setiap program --lengkap dengan informasi yang berhubungan dengan transportasi-- di media sosial yang ramai digandrungi oleh kaum milenial, seperti Instagram, Facebook, Twitter dan Youtube, yang bisa dikatakan sebagai wujud transparansinya kepada masyarakat Indonesia melalui perantara dunia maya. Dan bila ingin melihat lebih detail mengenai kiprah Kemenhub dalam membangun Indonesia kita juga dapat dengan mudah mendapatkan Informasinya melalu website resmi Kemenhub.

(Sumber foto: Instagram/kemenhub151)


Tercatat beberapa pencapaian yang besar sudah diraih oleh Kemenhub dalam lima tahun terakhir atau selama periode 2015-2019. Di antaranya yaitu Pembangunan BRT, Rehabilitas Terminal, Pembangunan Pelabuhan Penyebrangan dan Pembangunan Kapal. Lalu, dari sektor pembangunan prasarana, Terminal Tipe A yang telah direhabilitasi berjumlah sebanyak 83 lokasi serta membangun 24 pelabuhan penyeberangan dan 23 pelabuhan sungai danau. (ekbis.sindonews.com, Selasa, 22 Oktober 2019). Tak hanya itu, di sektor perhubungan udara, sebanyak 15 bandara sudah dibangun oleh Kemenhub, yang 10 diantaranya sudah diresmikan. Sedangkan yang sisanya sedang dalam progress atau penyempurnaan pembangunannya, (Beritatrans.com, 19/10/2019).

Nah, melihat realitas ini tentu layak dan pantas bila kita dan semua elemen masyarakat Indonesia mengapresiakan Kemenhub sebagai salah satu kementerian yang paling berhasil dalam kinerjanya selama lima tahun terakhir ini.

Jika ditelisik, adanya pembangunan infrastruktur dan pengembangan transportasi sangatlah membantu pembangunan Indonesia yang berkemajuan. Bidang ekonomi dan pariwisata merupakan dua sektor yang menerima dampak positif dari kemajuan ini. 

Harus diakui memang pembangunan infrastruktur memiliki hubungan timbal balik dengan pembangunan ekonomi baik secara makro atau mikro pada suatu kelompok masyarakat. Kenapa? Karena pembangunan infrastruktur menimbulkan pergerakan atau aliran barang dan jasa dengan lancar. Kalau infrastrukturnya tidak dibangun atau dikembangkan dengan baik maka akan terjadi masalah yang mempengaruhi aktivitas perekonomian masyarakat.

Daya Tarik Investor Asing

Indonesia saat ini mulai dilirik oleh banyak investor asing. Lahirnya daya tarik iklim investasi di Indonesia ini tak lain ialah karena sudah memadainya infrastruktur di Indonesia. Bila kita lihat sebelumnya, investor asing penuh kekhawatiran untuk berinvestasi di Indonesia, misalnya, fasilitas manufaktur di Indonesia seperti pasokan listrik tidak pasti dan biaya transportasi pun sangat tinggi. Kini kekhawatiran itu mulai berkurang, karena Kemenhub sudah menghapus semua bentuk kekhawatiran para investor melalui pembangunan dan pengembangan sarana transportasi yang lebih baik. Sehingga biaya transportasi yang meninggi, yang selama ini dianggap oleh para investor menggajal nawaytu mereka untuk berinvestasi sudah mulai teratasi.

Data yang dirilis oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan realisasi investasi yang naik secara signifikan. Di mana periode Triwulan III (Juli-September) tahun 2019 realisasi investasi mencapai Rp 205,7 triliun, atau meningkat sebesar 18,4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018. Capaian investasi periode ini berhasil menyerap tenaga kerja Indonesia sebanyak 212.581 orang. 

Selama triwulan III tahun 2019 realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 100,7 triliun (naik 18,9%) dan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 105,0 triliun (naik 17,8%) dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018. Penyerapan tenaga kerja Indonesia sebanyak 212.581 orang, terdiri dari 109.475 orang pada proyek PMDN dan 103.106 orang pada proyek PMA, (Kominfo.go.id, 31/10/2019). 

Tentu semua dari kita masih ingat, beberapa tahun lalu, pernah beredar kabar di sosial media, di mana sebagian masyarakat mempertanyakan, kenapa di banyak supermarket buah-buahan impor semisal Apel dan Anggur lebih murah ketimbang buah-buahan yang dihasilkan oleh petani lokal. Begitu juga dengan harga barang-barang, khususnya sembako, misalnya beras jauh lebih mahal harganya di Indonesia bagian timur daripada di pulau Jawa atau Sumatra. Bahkan, harga satu liter bahan bakar minyak (BBM) di wilayah Papua senilai satu kilogram daging di Jakarta. Ternyata ketika diselidiki, adanya kesenjangan harga ini bersumber pada  biaya logistik yang tinggi di Indonesia dan berbeda di antara provinsi-provinsi di nusantara.

Namun demikian, dewasa ini, kesenjangan itu sudah tidak lagi terasa. Di era Pemerintahan Joko Widodo, melalui inovasi dan kekreatifan Kemenhub, sekarang ini tidak ada lagi perbedaan harga barang-barang antara Indonesia bagian timur dengan Indonesia bagian barat atau di pulau Jawa atau Sumatra. Masyarakat Indonesia di daerah paling timur mulai mendapat kesempatan untuk merasakan kesamaan harga dengan orang-orang di bagian barat. Kemudahan itu mulai terasa tidak hanya pada harga BBM saja, akan tetapi juga di bidang logistik dan komoditas barang. 


Penambahan kapal tol laut (Sumber foto: Jpp.go.id)

Tidak lama lagi atau beberapa tahun kedepan, dapat dipastikan harga BBM termasuk sembako untuk warga di Indonesia Timur bisa sama murahnya dengan Indonesia bagian Barat atau pulau Jawa. Keyakinan ini, Penulis utarakan karena mengingat Pemerintah sekarang melalui Kemenhub, sudah mendapat sebuah solusi pengentasan kesenjangan di bidang ekonomi dan kini sedang dalam upaya merealisasikannya, yakni melalui program Tol Laut. 

Tol laut adalah istilah pembangunan lalu lintas laut yang terjamin kelancaran distribusi barang hingga ke pelosok daerah, dari ujung Barat ke ujung Timur Indonesia. Sehingga pada akhirnya membuat harga-harga lebih terjangkau dan tidak melambung tinggi untuk beberapa daerah tertentu.

Nah, melihat realitas ini, kita harus mengakui bahwa pihak Kemenhub sangat berjasa dalam membuka keisolasian daerah-daerah yang selama ini mengalami kesenjangan di bidang ekonomi melalui pengembangan infrastruktur dan moda transportasi, sehingga harapan untuk kemajuan dalam aktivitas ekonimi masyarakat Indonesia tidak lagi ‘jauh panggang dari Api’. 

Demikian juga dengan bidang pariwisata, aktivitas pariwisata di Indonesia sudah menunjukkan geliat positif. Daya tarik wisatawan baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara meningkat secara signifikan. Kita bisa membaca realitas ini pada jumlah wisatawan yang mengunjungi salah satu daerah yang ikon wisata nasional Indonesia, yakni Bali. 

 Wisatawan dari mancanegara sedang melihat suatu pertunjukan di Bali. (Sumber foto: www.cnnindonesia.com)

Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang masuk ke Bali mencapai 345.191 kunjungan. Jumlah ini meningkat 11,55 persen dari jumlah kunjungan Desember 2017 yang hanya mencapai 309.440 kunjungan. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel di Bali pada Januari 2018 pun meningkat 2,31 poin. Pada Januari 2018 TPK di Bali mencapai 52,97 persen, sementara pada Desember 2017 hanya mampu menyentuh angka 50,66 persen (Tirto.id, 1/03/2018).

Kita menyadari, aktivitas kepariwisataan memang sangat bergantung pada transportasi. Dewasa ini, perkembangan transportasi telah berhasil meningkatkan pertumbuhan pariwisata yang pesat sekali. Berkat kinerja pihak Kemenhub, kemajuan fasilitas transportasi telah mendo­rong kemajuan kepariwisataan di Indonesia.

Kemajuan bidang transportasi telah mengakibatkan jarak yang selama ini dianggap jauh seolah-olah menjadi lebih dekat. Karena waktu perjalannya yang semakin singkat dengan kecepatan moda tranportasi dan tentunya akan lebih meringankan biaya perjalanan. Kemajuan transportasi telah memudahkan orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu, yang menjadi daerah tujuan wisata.

 Peresmian dua kapal penyeberangan di Danau Toba (Sumber foto: Ekbis.Sindonews.com)

Hubungan Kausalitas antara Pariwisata dan Transportasi

Bila kita mau menganalisis lagi, secara general terdapat hubungan kausalitas antara pariwisata dan transportasi. Bahwa pariwisata tidak dapat berkembang dengan baik tanpa tersedianya sarana transportasi, baik tranportasi darat, laut maupun udara. Potensi wisata yang menarik, fasilitas rekreasi dan olah raga yang lengkap, hotel yang serba mewah, tanpa tersedia­nya sarana transportasi yang cukup memadai, maka semuanya akan sia-sia dan tidak berarti. Begitu pula sebaliknya, semua potensi wisata dengan fasilitas rekreasi dan faktor prasarana lainnya menjadi lebih bernilai bila tersedianya transportasi yang baik pada suatu daerah.

Karena itu pula, transportasi yang berteknologi canggih, semacam MRT atau mode raya terpadu, dengan model tranportasi yang berdaya angkut besar, ditambah demgan waktu tempuh yang cepat yang hanyaberhenti di titik strategis utama perkotaan saja, baik itu Bus, komuter dan kereta bawah tanah menjadi suatu kemestian untuk diwujudkan dan seterusnya diandalkan guna meningkatkan aktivitas ekonomi dan menggenjot pariwisata Indonesia.

Mudah-mudahan saja, dan kita doakan, semoga Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terus konsisten dalam mengukir prestasin dengan pencapaian besarnya dalam menciptakan tranpostasi yang unggul untuk Indonesia yang lebih maju. Amin
 


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »